Mungkin masih lekat dalam ingatan kita, bagaimana kisah The Last Samurai (2003) yang dibintangi oleh Tom Cruise dan Ken Watanabe. The Last Samurai banyak mengangkat keadaan kultural dan segala intriknya pada masa transisi pasca restorasi Meiji. Kali ini saya tidak akan membahas apa yang terjadi dalam film The Last Samurai, kali ini saya akan mengangkat hal yang lebih detail tentang kehidupan seorang Samurai pada masa Shogun berkuasa.
Hara-Kiri: Death of a Samurai inilah judul film yang akan kita bahas kali ini. Disutradarai oleh Takashi Miike dan berlatar belakang Jepang sebelum restorasi Meiji. Hara-Kiri adalah film yang diangkat dari sebuah novel karya Yasuhiko Takiguchi dengan judul Ibun rônin-ki sedangkan skenario nya ditulis oleh Kikumi Yamagishi. Film yang dibintangi Kôji Yakusho, Eita dan Naoto Takenaka ini diproduksi oleh Recorded Picture Company bekerja sama dengan Sedic International dan Amuse Soft Entertainment dengan durasi hampir dua jam. Bergenre drama film ini menyajikan ulasan sejarah yang detail.Hara-Kiri: Death of a Samurai adalah film remake dari film berjudul Hara-kiri (1962) karya Masaki Kobayashi, dengan format 3D Takashi Miike mencoba meninterpretasi ulang film yang bertemakan ritual seppuku atau hara kiri para Samurai.
Jangan berharap menonton aksi para Samurai di film ini, film ini banyak menampilkan cerita dan dialog dan adegan drama khas Jepang. Hanya ada beberapa scene yang menampilkan aksi para Samurai dengan pedangnya. Bagi yang berharap ini film aksi pasti akan sungguh kecewa, namun bagi yang suka dengan film bernuansa history film ini cukup untuk membuka kembali folder folder pengetahuna kita tentang sejarah Jepang terutama Samurai.
Film yang jika di daerah asalnya disebut Ichimei ini mengisahkan tentang pembalasan dendam seorang samurai akan ketidak hormatan yang diterima anak mantunya dalam melakukan seppuku atau lebih dikenal dengan Hara-kiri. Film ini dibuka dengan menampilkan kemegahan sebuah rumah milik klan Li yang sungguh mewah, klan Li adalah klan samurai yang terkenal kaya raya pasca pertempuran Sekigehara, posisi klan Li pada saat perang adalah mendukung keshogunan Tokugawa sehingga pasca perang klan Li mendapat banyak harta dan tanah. Adalah Hanshirô Tsugumo (Ebizô Ichikawa) seorang Ronin (samurai tanpa tuan) datang ke rumah klan Li untuk meminjam halaman rumah klan Li untuk melakukan ritual Hara-kiri. Seorang samurai akan mati terhormat bila melakukan Hara kiri di sebuah rumah klan kaya raya ketimbang mati di jalanan.
Tsugomo pun meminta kepada penaggung jawab rumah klan Li untuk bertemu dan menjelaskan kedatangannya kepada pimpinan klan Li. Pimpinan klan Li, Saito Kageyu (Kôji Yakusho) bersedia menerima Tsugomo dan mengizinkan Tsugomo untuk melakukan ritual Hara-kiri di halaman rumahnya, walaupun Kageyu telah diingatkan tentang peristiwa Hara-kiri seorang Samurai sebelumnya yang datang dari klan yang sama dengan Tsugomo yakni klan Fukushima. Saat bertemu Tsugomo, Kageyu kemudian menceritakan tentang kejadian seorang Samurai dari klan Fukushima yang beberapa waktu lalu datang dan meminta izinnya untuk melakukan Hara-kiri di halaman rumahnya.
Pada saat itu seorang Samurai senior Omodaka Hikokoru (Munetaka Aoki) dari klan Li berpendapat bahwa Ronin ini hanya datang melakukan Hara-kiri untuk mendapatkan iba sang penguasa seperti yang terjadi di Klan Fukushima di masa lalu, tidak terima dengan maksud palsu sang Ronin untuk melakukan Hara-kiri, Kageyu pun menyutujui untuk memberikan contoh kepada Samurai ini tentang Hara kiri sesungguhnya. Beberapa samurai senior pun menukar pedang Samurai yang bernama Ichijiwa Motome (Eita) ini dengan sebilah bambu. Pada saat akan melakukan Hara-kiri Motome kemudian meminta untuk mengundur waktu Hara-kirinya dan meminta 3 ryu untuk pengobatan istri dan anaknya, namun Kageyu mengingatkan Motome untuk tetap memegang kata katanya untuk melakukan Hara-kiri. Di tengah posisi sulit seperti itu Motome kemudian melakukan Hara kiri dengan pedangnya yang telah diganti dengan sebilah bambu, dengan susah payah Motome menusukkan sebilah bambu itu ke perutnya, hingga akhirnya kageyu mengakhiri Motome dengan tebasan sebuah pedang.
Setelah mendengar cerita dari Kageyu, Kageyu menanyakan kembali niatan Tsugomo untuk melakukkan seppuku, Kageyu menyarankan Tsugomo untuk pergi dan mnegurungkan niatnya untuk melakukakan seppuku, namun Tsugomo menolak dan tetap akan melakukan seppuku, riitual Hara-kiri pun disiapkan, Tsugomo menolak untuk menggunakan baju baru yang diberikan Kageyu untuk dipakai pada saat Hara-kiri, Tsugomo berkata "apa yang saya kenakan saat ini, lebih cocok untuk akhir bagi seorang Ronin yang miskin".Setelah semua siap, Tsugomo pun duduk di tengah halaman rumah klan Li dengan disaksikan oleh semua Samurai klan Li lainnya. Namun sebelum melakukan Hara-kiri, Tsugomo meminta satu permintaan terakhirnya untuk melakukan Hara-kiri dan ditemani oleh Omodaka Hikokoru. Kageyu kemudian mengabulkan dan meminta Samurai Senior untuk mencari Omodaka Hikokoru. Omodaka Hikokoru tidak ada di rumah klan Li sejak semalam, kemudia Tsugomo meminta dua lainnya dan Tsugomo tahu mereka juga tidak ada, Kageyu curiga akan tingkah laku Tsugomo yang meminta tiga orang samurai yang tidak ada di rumah klan Li sejak semalam untuk menemaninya dalam Hara-kiri, Kageyu pun menuduh Tsugomo sebagai penjahat dan melakukan sesuatu kepada ketiga orang samurainya. Semua samurai yang ada di halaman rumah kemudian mengurung dan siap untuk menbas Tsugomo, lalu Tsugomo bercerita tentang siaap dirinya dan apa hubungannya dengan Chijiwa Motome.
Chijiwa Motome adalah anak dari pimpinan Klan Fukushima yang juga klan dari Tsugomo, ayah Motome adalh pimpinan Tsugomo dahulu, yang mati karena sakit usai dijatuhi hukuman oleh Shogun karena dianggap membangkang dan tidak mematuhi perintah Shogun. Tsugomo kemudia merawat Motome dan menikahkannya dengan anaknya Miho (Hikari Mitsushima). Motome dan Miho memilki satu orang anak dan diberi nama Kingo. Keluarga Tsugomo hidup dari hasil berjualan payung sedangkan Motome adalah seorang guru yang tidak memilki penghasilan. Miho dan Motome hidup sangat miskin, suatu hari ketika istrinya sakit Motome sempat menjual bukunya untuk membeli obat dan tiga buah telur, namun hidupnya yang miskin tidak mendorong Motome untuk menjual pedangnya sebagai simbol seorang Samurai. Karena hidup dengan kemisikinan dan keterbatasan Miho dan anaknya jatuh sakit. Motome akhirnya memutuskan untuk melakukan seppuku palsu untuk bisa mendapatkan belas kasihan dari klan Li agar bisa membawa Miho dan Kingo berobat ke dokter, bukannya mendapat belas kasihan dari klan Li, Motome justru dipermalukan dengan ritual Hara kiri menggunakan sebilah bambu. Motome pun tewas dengan waktu hampir bersamaan dengan anaknya Kingo. Jenasah Motome kemudia dibawa oleh para pelayan klan Li ke rumahnya. Tsugomo yang pada saat itu ada di rumah kemudian mengejar para pelayan yang sebelumnya memberikan 3 ryo sebagai bentuk belasungkawa dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, Miho hanya bisa pasrah melihat jasad suami dan anaknya yang terbujur kaku. Miho kemudian membersihkan jasad suaminya dan menemukan sepotong kue yang dibungkus suaminya sebelum melakukan Hara kiri. Miho pun bunuh diri setelah memakan sepotong kue tadi. Tsugomo juga melihat pedang Motome yang diganti dengan sebilah bambu, Tsugomo pun geram dan ingin membalaskan dendamnya atas perlakuan memalukan dan tidak berprikemanusiaan kepada anak mantunya.
Setelah menceritakan kisahnya dan Motome di depan semua Samurai di halaman itu, Tsugomo kemudian mengembalikan 3 ryo yang diberikan Kageyu sebagai rasa belasungkawa. Tsugomo juga memberikan potongan kuncir ketiga samurai yang menemani Motome dalam Hara kirinya sebagai bentuk kekalahan dalam sebuah duel adalah potongan kuncir rambut seorang Samurai. kageyu pun kaget melihat tiga kuncir rambut samurainya, Tsugomo pun terkepung dan melawan semua Samurai yang ada dihalaman tersebut dengan sebuah pedang bambu. Walau dengan pedang bambu Tsugomo tetap bisa melawan dan memoertahankan dirinya hingga sebuah simbol spiritualitas seorang samurai yakni baju perang klan tersebut hancur berantakan karena duel antara Tsugomo dengan para Samurai klan Li, Stugomo pun akhirnya mati oleh tebasan tebasan pedang Samurai yang jumlhnya sangat banyak. Ketiga samurai klan Li pun akhirnya ditemukan dan ketiganya mati dalam Hara-kiri.
Film remake ini sungguh mengedepankan unsur drama ketimbang aksinya berbeda dengan versi awalnya yang lebih banyak memeainkan simbol emosional dari cerita tersebut. Peran Hanshirô Tsugumo (Ebizô Ichikawa) yang berperan sebagai seoran Ronin yang miskin sungguh penuh penghayatan bagaimana tidak Ichikawa adalah seorang pemain Kabuki (theater klasik Jepang), sebelumnya Ichikawa juga bereperan sebagai Miyamoto Musashi dalam sebuah drama tv kenamaan.
Jika disuruh menyebutkan siapa aktor favorit saya, Will Smith akan menjadi salah satu yang saya sebutkan setelah Tom Hanks. Bagaimana dengan aktris, jika aktor saya punya banyak jagoan maka saya hanya akan memilih Helena Bonham Carter sebagai aktri favorit saya, Peran Helena dalam Fight Club (1999),Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street (2007) dan yang paling baru The King's Speech (2010)membuat saya langsung jatuh cinta pada aktris kelahiran Golders Green, London, empat puluh enam tahun lalu. Kali ini saya akan coba mereview film karya Gabriele Muccino bergenre drama keluarga berjudul The Pursuit of HappYness. Film ini mungkin tidak begitu terkenal seperti The Departed, Apocalypto, Pans Labyrinth, dan Pirates of The Carribean; Dead Man's Chest yang release di tahun yang sama. Film yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini ditulis dengan begitu menarik oleh Steve Conrad dari buku yang berjudul sama. Film yang mengisahkan perjalanan hidup Chris Gardner ini diperankan ...
Movcup.com : Makasih Sobat saya mencari sinopsis ini dalam bahasa indonesia makasih banyak ya salam kenal
ReplyDeleteWIH MATENP BANGET CERITA FILM NYA. TANKS SIPNOSIS NYA
ReplyDeletebeda cerita dengan yg aslinya. kalau di film aslinya (1962), chijiwa motome itu yang menjual pedangnya sendiri.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete