Skip to main content

War Photographer


Sebelum saya benar benar lupa tentang isi film ini, baiknya saya sedikit mengabadikannya dalam sebuah tulisan dan berbagi kesan setelah menonton film ini. Saya mengenal film ini di tahun 2004, tiga tahun setelah film ini diproduksi di tahun 2001. Dari salah seorang pemateri pendidikan dasar fotografi saya menonton film ini yang jadi bagian dari materi foto jurnalistiknya. Setelah kejadian meninggalnya wartawan senior Ersa Siregar di tahun 2003 yang tertembak pada masa Gerakan Aceh Merdeka, film War Photographer kembali membawa saya mengingat, bagaimana situasi dan kondisi perang benar benar tidak ada yang diuntungkan selain para petinggi negara yang lebih mirip drakula dari pada manusia.

War Photographer jadi salah satu inspirasi menekuni dunia jurnalistik buat saya, terutama fotografi jurnalistik. Film ini dimulai dengan sebuah quotation dari Robert Capa
"if Your pictrues, aren't good enough, you are not close enough".
Dalam film ini dikisahkan beberapa perjalanan peliputan James Nacthwey salah satu diantaranya adalah peliputan ke Indonesia.

Peritiwa perang hingga kuburan massal jadi tema liputannya, isu isu kemanusian juga menjadi bagian kebanyakan liputan Jim (James Nacthwey). Film yang dibuat oleh Christian Frei ini sempat menjadi nominasi oscar 2002 untuk Best Documentary Features. Dalam film ini rekan kerja james Nacthwey sesama jurnalis juga memberikan komentar mereka tentang sosok seorang Nacthwey.

Nacthwey memulai karirnya sebagai seorang fotografer di New Mexico pada tahun 1980, kemudian Nacthwey merintis karirnya di New York sebagai seorang fotografer lepas untuk beberapa majalah. Liputan konflik Nacthwey pertama kali adalah konflik sipil di Irlandia Utara tahun 1981, sejak saat itu Nacthwey memutusukan untuk mendedikasikan dirinya untuk mendokumentasikan semua kejadian perang, konflik dan isu isu sosial yang terjadi. Puluhan mungkin ratusan kejadian konflik, perang dan isu isu sosial sudah pernah menjadi bagian dari liputannya, dan beberapa diantaranya yang di dokumentasikan dalam film ini adalah Kosovo, The Balkans(June1999),Jakarta,Indonesia(May/June 1999)Ramallah, Palestine(October/November 2000)Kawah Ijen, A Sulfur Minein East Java, Indonesia(October 1999)

"Every minute I was there, I wanted to flee.
I did not want to see this.
Would I cut and run, or would I deal with
the responsibility of being there with a camera"
James Nacthwey

Hasil hasil karyanya yang fenomenal membuat Nachtwey tidak asing di ajang penghargaan penghargaan karya jurnalistik semisal World Press Photo Award dan Robert Capa Award.

Comments

Popular posts from this blog

The Pursuit of HappYness

Jika disuruh menyebutkan siapa aktor favorit saya, Will Smith akan menjadi salah satu yang saya sebutkan setelah Tom Hanks. Bagaimana dengan aktris, jika aktor saya punya banyak jagoan maka saya hanya akan memilih Helena Bonham Carter sebagai aktri favorit saya, Peran Helena dalam Fight Club (1999),Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street (2007) dan yang paling baru The King's Speech (2010)membuat saya langsung jatuh cinta pada aktris kelahiran Golders Green, London, empat puluh enam tahun lalu. Kali ini saya akan coba mereview film karya Gabriele Muccino bergenre drama keluarga berjudul The Pursuit of HappYness. Film ini mungkin tidak begitu terkenal seperti The Departed, Apocalypto, Pans Labyrinth, dan Pirates of The Carribean; Dead Man's Chest yang release di tahun yang sama. Film yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini ditulis dengan begitu menarik oleh Steve Conrad dari buku yang berjudul sama. Film yang mengisahkan perjalanan hidup Chris Gardner ini diperankan ...

Eternal Sunshine of The Spotless Mind

"How happy is the blameless vestal's lot?the world forgetting,by the world forgot.Eternal Sunshine of the spotless mind, Each pray'r accepted, and each wish resigned". Alexander Pope Maaf kalo film ini sudah terlalu lama untuk dijadikan sebuah tulisan atau ulasan dalam blog ini. Pastinya, film ini patut untuk dinonton bagi siapa saja yang sedang merasakan hal yang sama atau dalam kasus yang berbeda sekalipun. Menghapus ingatan dalam kepala kita bisa jadi pilihan yang sangat menggoda, walaupun kemudian akan banyak hal yang menjadi dampaknya. Apapun namanya, aktivitas kita berinteraksi dengan orang lain adalah pengalaman yang sangat berharga sebagai makhluk sosial yang kadang asosial. Waktu adalah hal yang menjadi dominan dalam peran keberlangsungan kemampuan memory otak kita untuk mengingat sesuatu hal. Banyak lah kalimat kalimat bijak yang mengarahkan kita untuk yakin bahwa waktu akan bisa menghapus sesuatu tak peduli itu baik atau buruk, itu senang atau baha...

Hara-Kiri: Death of a Samurai

Mungkin masih lekat dalam ingatan kita, bagaimana kisah The Last Samurai (2003) yang dibintangi oleh Tom Cruise dan Ken Watanabe. The Last Samurai banyak mengangkat keadaan kultural dan segala intriknya pada masa transisi pasca restorasi Meiji. Kali ini saya tidak akan membahas apa yang terjadi dalam film The Last Samurai, kali ini saya akan mengangkat hal yang lebih detail tentang kehidupan seorang Samurai pada masa Shogun berkuasa. Hara-Kiri: Death of a Samurai inilah judul film yang akan kita bahas kali ini. Disutradarai oleh Takashi Miike dan berlatar belakang Jepang sebelum restorasi Meiji. Hara-Kiri adalah film yang diangkat dari sebuah novel karya Yasuhiko Takiguchi dengan judul Ibun rônin-ki sedangkan skenario nya ditulis oleh Kikumi Yamagishi. Film yang dibintangi Kôji Yakusho, Eita dan Naoto Takenaka ini diproduksi oleh Recorded Picture Company bekerja sama dengan Sedic International dan Amuse Soft Entertainment dengan durasi hampir dua jam. Bergenre drama film ini menyaji...