Skip to main content

Fotografi dan Kemampuan Visual (Introduction)

Setiap hari atau bahkan setiap detiknya akan selalu ada moment atau peristiwa yang berulang, sadar ataupun tidak, mata terus kita gunakan untuk melihat hal hal tersebut dan mencoba memahami dengan menggunakan pikiran kita. Masih ada yang ingat apa yang kita lihat dengan tidak begitu jelas pada saat kita lahir. Mata diperlihatkan hal hal yang asing yang belum pernah kita lihat sebelumnya, dan kemudian setelah kita pernah melihat dan memahaminya dengan sendirinya pikiran kita bisa mengenali dan mengidentifikasi hal hal baru tersebut. Kemampuan otak kita untuk mengingat juga pastinya dirancang sangat luar biasa untuk bisa mentransfer dan menalar dengan cepat apa yang indera kita lihat.
Bagi sebagian besar orang, melihat akan menjadi begitu sulit, hal ini dikarenakan kecenderungan kita bergantung pada proses analisis oleh belahan otak kiri kita untuk menginterpretasi informasi dalam bentuk gambar. Tidak seperti otak kanan yang memproses gambar seperti yang terlihat, otak kiri justru menginterpretasikan abstrak dan memberi makna makna simbolis pada sebuah gambar. Ketika memproses informasi dalam bentuk visual dengan menggunakan otak kiri, manusia mencatat objek apa yang mereka lihat namun tidak benar benar memahami sebuah objek visual dengan penampakkan sebenarnya. Kebanyakan orang memiliki kemampuan untuk melihat sebuah objek seperti penampakannya, namun sebagian orang lain perlu melatih fungsi kognitif dari otak kanan lebih efektif untuk melihat infomasi dalam bentuk visual. Apa hubungannya dengan dunia fotografi?
Dalam dunia fotografi, melihat adalah kemampuan mengobservasi apa yang mata kita lihat dan bagaimana memvisualkannya dalam sebuah foto. melihat juga salah satu skill dasar dalam melakukan aktivitas fotografi. Melihat bukan hanya menentukan apa apa saja yang akan kita visualisasikan tetapi juga menentukan keputusan kita untuk memvisualkan sesuatu. Setidaknya ada delapan elemen visual, diantarnya adalah; Garis,Bentuk, Massa, Cahaya, Warna, Tekstur, Ruang, Waktu dan Gerak. Dalam fotografi elemen elemen tersebut diatas akan menjadi bagian bagian penting dalam sebuah karya foto, oleh karenanya kemampuan kita untuk bergeser memaksimalkan kerja otak kanan pada aktifitas fotografi sangat penting ketimbang menggunakan otak kiri. Persoalan yang kemudian datang adalah hampir semua orang mendapatkan pendidikan dan pengembangan otak hanya terfokus pada otak kanan saja. Silahkan menantang diri anda sendiri.
Bagi yang ingin mengembangkan kemampuan melihat dan menempatkan elemen visual, selain memperbanyak hunting dan terus membuat karya foto, kita juga bisa belajar dengan menggambar atau melukis pada media dua dimensi seperti kertas atau kanvas. Ketika akan melukis sebuah objek atau benda, pelukis tidak kemudian langsung melukis objek yang ada di hadapannya, tetapi memulainya dengan memahami dan memperhatikan bagaimana penampakan objek itu sebenarnya walaupun tidak akan tepat dan persis sama seperti objek aslinya. Walaupun demikian hasil karya berupa lukisan sekalipun bisa nampak hidup atau seperti aslinya karena disusun oleh elemen elemen visual yang baik dan tepat penempatannya serta proporsinya. Aktivitas fotografi sebenarnya sangat terbantu dengan kemampuan kamera untuk merekam objek persis sama pada media dua dimensi, namun ketika elemen elemen visual dalam aktifitas fotografi yang kita lakukan tidak tersusun baik dan benar serta proporsional hasil karya berupa foto tidak akan tampak menarik.

Comments

Popular posts from this blog

The Lucky One

"finding the lights means you must pass through the deepest darkness" Ini pertama kalinya saya mereview film drama bertemakan cinta, yang memenangkan beberapa penghargaan Teen Choice Award. Mungkin akan terdengar sedikit aneh yah, tapi bagaimanapun juga pesona seorang Zac Efron dalam film percintaan tetap saja jadi daya tarik sendiri bagi penggemar remaja hingga dewasa. Dalam film ini, Zac Efron (Logan) memerankan seorang marinir yang baru saja kembali dari perang di Irak dan lawan mainnya Taylor Schiling memerankan Beth. Film ini meneceritakan keberuntungan seorang marinir bernama Logan yang lolos dari maut berulang kali sejak dia menemukan sebuah foto di medan perang, foto seorang perempuan yang tidak pernah dikenalnya. Logan yang terus berusaha mencari dengan menggunakan semua petunjuk yang terdapat dalam foto itu. Akhirnya logan memutuskan untuk berjalan kaki untuk mencari perempuan di dalam foto itu. Sesampainya di sebuah kota bersama anjing peliharaannya,

The Pursuit of HappYness

Jika disuruh menyebutkan siapa aktor favorit saya, Will Smith akan menjadi salah satu yang saya sebutkan setelah Tom Hanks. Bagaimana dengan aktris, jika aktor saya punya banyak jagoan maka saya hanya akan memilih Helena Bonham Carter sebagai aktri favorit saya, Peran Helena dalam Fight Club (1999),Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street (2007) dan yang paling baru The King's Speech (2010)membuat saya langsung jatuh cinta pada aktris kelahiran Golders Green, London, empat puluh enam tahun lalu. Kali ini saya akan coba mereview film karya Gabriele Muccino bergenre drama keluarga berjudul The Pursuit of HappYness. Film ini mungkin tidak begitu terkenal seperti The Departed, Apocalypto, Pans Labyrinth, dan Pirates of The Carribean; Dead Man's Chest yang release di tahun yang sama. Film yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini ditulis dengan begitu menarik oleh Steve Conrad dari buku yang berjudul sama. Film yang mengisahkan perjalanan hidup Chris Gardner ini diperankan

Hara-Kiri: Death of a Samurai

Mungkin masih lekat dalam ingatan kita, bagaimana kisah The Last Samurai (2003) yang dibintangi oleh Tom Cruise dan Ken Watanabe. The Last Samurai banyak mengangkat keadaan kultural dan segala intriknya pada masa transisi pasca restorasi Meiji. Kali ini saya tidak akan membahas apa yang terjadi dalam film The Last Samurai, kali ini saya akan mengangkat hal yang lebih detail tentang kehidupan seorang Samurai pada masa Shogun berkuasa. Hara-Kiri: Death of a Samurai inilah judul film yang akan kita bahas kali ini. Disutradarai oleh Takashi Miike dan berlatar belakang Jepang sebelum restorasi Meiji. Hara-Kiri adalah film yang diangkat dari sebuah novel karya Yasuhiko Takiguchi dengan judul Ibun rônin-ki sedangkan skenario nya ditulis oleh Kikumi Yamagishi. Film yang dibintangi Kôji Yakusho, Eita dan Naoto Takenaka ini diproduksi oleh Recorded Picture Company bekerja sama dengan Sedic International dan Amuse Soft Entertainment dengan durasi hampir dua jam. Bergenre drama film ini menyaji