Seminggu lalu, di sebuah ruang penuh sesak kami bercanda
Tak ada batasan bahasa dan garis garis wajah
Duduk di lantai bersila, terpisah dua jengkal
Malam yang menyenangkan dan sungguh bahagia bisa tertawa bersama
Wajah serupa dengan pribadi yang berbeda mengantarkan cerita yang berbeda
Selalu saja aroma bahagia dari mata yang hilang tertimpa pipi
Esoknya pergi dengan pamit yang dititip bersama
Tertawa jadi langka, teman senam muka pergi entah kemana
Sungguh kuar biasa ajaibmu menyihir suasana
Melihatmu pun semua orang bisa tertawa
Menunggu waktumu kembali
Dari acara yang temanya "ternyata oh ternyata"
Akhirnya kembali dengan harummu yang beda
Masih ada sisa lelah dan letih di sorot matamu
Mungkin juga karena hobi tidurmu
Sudahlah tak masalah, waktu membawanya pulang untuk kembali tertawa
Dengan berusaha menahan lapar kami mulai tertawa
Pelajaran baru bahwa lapar hanya rasa dan tertawa adalah bahagia
Mungkin masih lekat dalam ingatan kita, bagaimana kisah The Last Samurai (2003) yang dibintangi oleh Tom Cruise dan Ken Watanabe. The Last Samurai banyak mengangkat keadaan kultural dan segala intriknya pada masa transisi pasca restorasi Meiji. Kali ini saya tidak akan membahas apa yang terjadi dalam film The Last Samurai, kali ini saya akan mengangkat hal yang lebih detail tentang kehidupan seorang Samurai pada masa Shogun berkuasa. Hara-Kiri: Death of a Samurai inilah judul film yang akan kita bahas kali ini. Disutradarai oleh Takashi Miike dan berlatar belakang Jepang sebelum restorasi Meiji. Hara-Kiri adalah film yang diangkat dari sebuah novel karya Yasuhiko Takiguchi dengan judul Ibun rônin-ki sedangkan skenario nya ditulis oleh Kikumi Yamagishi. Film yang dibintangi Kôji Yakusho, Eita dan Naoto Takenaka ini diproduksi oleh Recorded Picture Company bekerja sama dengan Sedic International dan Amuse Soft Entertainment dengan durasi hampir dua jam. Bergenre drama film ini menyaji...
Comments
Post a Comment