Genap usiamu setahun hari ini ananda Tiflah. Tak kunjung sampai di titik bisa untuk mengingat semua hal dan kejadian yang terjadi. Saudariku melahirkanmu ke dunia, buah cinta tak terhingga sungguh. Sesal sungguh kala tak bisa memberi tangan pada saudariku dikelahiran kakakmu Varisha, nak. Akhirnya waktu bisa membuat impas dan kebersamaan kami dari darah saudara yang mengalir antara aku dan ibu mu.
Hari itu, seingat memoryku yang tak kunjung terupgrade ini. Masih dengan celana pendek setelah mengasuh kakakmu, mandi pun belum, smarphone itu berbunyi menyambung chat sebelumnya dengan ibumu. Seperti biasa sebelum matahari tepat ditengah membelah bumi, saudariku itu mengingatkan untuk menjemput dan bertanya keadaan kakakmu. Telpon yang masuk itu menunjukkan nomor seluler ibumu setelah ku angkat suara yang datang diujung telepon ternyata berbeda. Kekhawatiran membuncah, karena tau ibumu akan segera melahirkanmu. Benar ternyata, suara itu dari rekan sejawat ibumu yang kerjanya cabut cabutin gigi orang. Ibumu tak sanggup lagi berjalan menopangmu diperutnya, sembilan bulan dibawanya dirimu sambil menggendong kakak chica, bagaimana berat kalian berdua, jelas ibumu tangguh, tak peluh pernah sedikitpun mengeluh merawat kalian berdua. Sambil menolong orang yang sakitpun dibawanya kau serta nak.
Dengan tidak berlama lama saya pergi bergegas menjempout ibumu di tempatnya bekerja. Benar saja ibumu tengah terduduk sangat pucat dan lesu lelah memegang perutnya. Bajunya yang ungupun mulai basah, keringat usahanya menahan perih dan sakit itu. Sakit yang penuh bahagia menyambut senyum lebar bayi mungilnya yang kedua, yang sebelumnya kami telah mengintipmu lewat peralatan canggih karya orang orang cerdas. Usiamu dalam kandungan ibu belum sembilan bulan dan itu mendatangkan kesusahan baru, cobaan kesabaran bagi ibumu, tak pikir nyawanya atau sebelah kakinya yang telah terkubur, ibumu terus maju menantang maut memberi nyawanya sekalipun jika itu sesuatu yang harus.
Selanjutnya malam setelahnya ibumu pun diinapkan di rumah sakit. oh ya seingatku ibumu juga harus bergelut dengan usus buntunya di kelahiranmu, dua operasi yang akan dijalaninya sekaligus nanti. Malam ibumu dibawa inap, kami mengusahakan darah untuk kepentingan medik operasi.
Harimu pun tiba nak, semua yang membantu kelahiranmu telah siap dengan karunia ilmunya masing masing dari sang pencipta. Ibumu pun dipanggil untuk menjalani tahapan kelahiranmu. Aku dan ayahmu pun mendapat pengalaman yang lucu ketika dengan tidak sabar menunggumu hadir, kami diusir dari selasar ruang operasi oleh pejabat rumah sakit dengan alasan ini itu khas pejabat yang tak simpatik. Di rumah yang tak jauh kakek nenekmu dan om serta tantemu juga ikut sibuk menunggu dan mempersiapkan kenduri untuk menyambutmu.
Kelahiranmu sungguh jadi saat saat spesial buat orang dewasa sepertiku. Tak ada suara, selain percakapan di dalam ruang operasi antara dokter bedah dan dokter kandungan yang tak ku ingat lagi apa yang mereka bicarakan. Hadirmu ke dunia tidak dengan tangisan, kondisimu begitu lemah untuk mengeluarkan bunyi bunyian pita suaram. Seorang perawat kemudian berlalri membawamu keruang lain, aku hanya ingat kau dibungkus dengan kain hijau ala operasi dan telah dibersihkan, ayahmu pun menyusul dibelakang langkah tergesa gesa sang suster. Aku masih takjub memandangmu yang kemudian hilang bersama pundak ayahmu yang menyusulmu. Ibumu masih harus melakukan operasi kedua dengan usus buntunya.
Ayahmu kembali datang dan memberi kabar kau harus dimasukkan ke dalam tabung khusus karena kondiusimu yang lemah, doa dan airmata ibumu mengelilingi menjagamu yang terbaring dengan senyum dalam tabung itu. Ibumu masih tak sadar saat dibawa keluar dari ruang operasi kemudian dibawa menuju kamar. Berganti kami mengunjungimu di ruang penuh bayi itu walau diawal awalnya kami belum bisa melihat rupamu dari dekat. Hari selanjutnya pun kami hanya bisa melihatmu dengan sekat kaca. Nenekmu yang telah membesarkan kami dan ibumu tentunya yang paling tinggi jam terbangnya mengasuh anak yang masuk pertama kali melihatmu beserta kakek dan ayahmu. Yang kuingat jelas bagaimana ibumu menangis dipelukan ayahmu ketika dia terbangun siuman dan mengunjungimu di tabung itu. Kau masih terlihat sulit bernafas, dan itu pertama kalinya aku melihat bayi yang dipasangi selang udara dihidungnya, kakekmu pun bahkan tak bisa menahan matanya berkaca kaca. Sungguh tak henti doa untukmu agar sehat dan tumbuh bermain bersama kakakmu yang sudah bisa menyebut "dede dede".
Seingatku dua minggu kau menjalani perawatan khusus diruangan itu, berpuluh kali tubuh ibumu datang memeraskan asi untuk kauy minum, dan yakin mungkin tiap detik jiwa dan pikiran ibumu terus datang padamu walau dia pun kesakitan bahkan kentutpun susah.
Hari demi hari tumbuhmu, kau menjadi balita yang sehat. Kemarin ketika aku berkunjung, dengan sendirinya bisa kupastikan benar yang selalu diucapkan nenenkmu ada kemiripan padamu dan diriku, sungguh kuasa Allah SWT. Di hari pertama kunjunganku aku tak berhasil meninabobokanmu, padahal itu jadi spesialisasiku mengasuh kakakmu, kakakmu dengan dua nyanyian Shalawat dan Tik tik tik Bunyi Hujan sambil minum susu serta mengemut jempolnya dia bisa tidur dengan pulasnya. Ternyata cara dan gayamu berbeda nak, kau cukup masuk ke bawah ketiak sembari diayun dan kau pun terlelap.
Setahun umurmu nak gigimu pun mulai tumbuh rapih, sesekali kau berdiri untuk belajar menapak. Selamat milad ananda Tiflah Khaira Nushratudienillah. Sang Pembuka Kebaikan untuk Kemenangan Islam.
Jika disuruh menyebutkan siapa aktor favorit saya, Will Smith akan menjadi salah satu yang saya sebutkan setelah Tom Hanks. Bagaimana dengan aktris, jika aktor saya punya banyak jagoan maka saya hanya akan memilih Helena Bonham Carter sebagai aktri favorit saya, Peran Helena dalam Fight Club (1999),Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street (2007) dan yang paling baru The King's Speech (2010)membuat saya langsung jatuh cinta pada aktris kelahiran Golders Green, London, empat puluh enam tahun lalu. Kali ini saya akan coba mereview film karya Gabriele Muccino bergenre drama keluarga berjudul The Pursuit of HappYness. Film ini mungkin tidak begitu terkenal seperti The Departed, Apocalypto, Pans Labyrinth, dan Pirates of The Carribean; Dead Man's Chest yang release di tahun yang sama. Film yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini ditulis dengan begitu menarik oleh Steve Conrad dari buku yang berjudul sama. Film yang mengisahkan perjalanan hidup Chris Gardner ini diperankan ...
Comments
Post a Comment