Skip to main content

Perempuan Yang Bernyanyi

Film Festival
Seperti tagline film ini yang tertulis kapital di sampulnya "STAGGERING" yang artinya mengejutkan, film ini benar benar mengejutkan. Dikemas dalam genre drama thriller "Incendies" berarti sama dengan judul tulisan ini. Ketika menikmati pembuka film ini sudah sangat jelas film arahan Denis Villeneuve ini adalah film yang berjaya di festival festival film dunia. Benar saja hingga saat ini "Incendies" telah memenangkan tiga puluh kategori dari berbagai festival film seantero jagad. Film produksi micro_scope production, TS Productions dan Phi Group ini masuk dalam nominasi Oscar 2011 untuk kategori Best Foreign Language.
Semua review yang berhasil saya himpun dari berbagai sumber, sebagian besar berpendapat kekuatan unsur naratif dan plot dalam film ini sungguh istimewa. Mengambil lokasi shooting di Quebec (Kanada) dan kota Aman di Jordania, film yang berdurasi lebih dari dua jam ini harus disimak lebih jeli, alur cerita yang hampir sepanjang film menggunakan metode reverse chronology membuat cerita dalam film ini sulit dimengerti. Bukan hanya itu semua aktor dan aktris dalam film ini bukan bintang bintang kenamaan Holywood yang familiar di mata kita, apalagi tiga peran utama dalam film ini diceritakan sebagai ibu dan dua anak kembar beda jenis kelamin. Yakin akan ada bantuan text yang memisahkan beberapa scene dalam menyimak film ini namun unsur cinematik film ini benar benar ditata rapi sehingga sedikit menipu mata.
Memilih Lubna Azabal sebagai tokoh utama adalah sebuah pilihan tepat Villeneuve dalam filmnya. Beberapa kritikus film memuji penampilan aktris asal Belgia itu sebagai penampilan terbaiknya, ini dibuktikannya dengan menyabet dua penghargaan sebagai best actrees dalam dua festival ternama. Mélissa Désormeaux-Poulin dan Maxim Gaudette juga turut beradu akting yang sempurna dalam film yang diangkat dari sebuah novel karya Wajdi Mouawad berjudul "Scorched"(Menghanguskan).
Kisah Pilu Nawal
Incendies mengisahkan perjalanan penuh misteri dua saudara kembar Jeanne Marwan (Mélissa Désormeaux-Poulin) dan Simon Marwan (Maxim Gaudette) yang berusaha mencari ayah dan kakak kandung mereka berdasar wasiat ibu mereka Nawal Marwan (Lubna Azabal). Berbekal surat wasiat yang harus mereka sampaikan kepada ayah dan kakak kandung mereka Jeanne dan Simon menapak tilas satu demi satu sejarah hidup ibu mereka yang di masa mudanya hidup ditengah kecamuk perang sipil antar agama di Timur Tengah. Nawal Marwan adalah seorang perempuan yang berasal dari keluarga penganut Kristen yang terlibat kisah asmara dengan Wahab seorang pemuda Islam asal Palestina yang menyeberang masuk ke Lebanon. Buah asmara keduanya tentunya tidak mendapat restu dari keluarga Nawal, Wahab bahkan ditembak mati kedua orang saudara laki laki Nawal saat hendak membawa pergi Nawal dari Lebanon.
Setelah melahirkan putra buah asmaranya dengan Wahab, si bayi mungil itu diberi tanda tiga bua titik di kakinya sebelum dibawa oleh seseorang yang tidak dikenal untuk diasingkan, karena itu adalah aib buat keluarga Nawal. Namun sebelum bayi itu oergi Nawal berjanji suatu hari nanti Nawal akan bertemu dengannya kembali. Kehidupan Nawal pun berlanjut hingga Nawal aktif disebuah organisasi kemahasiswaan dan tetap dalam pencariannya akan anak lelakinya. Perjuangan Nawal mencari puteranya itu tidak berjalan mulus, berbagai macam rintangan dan perjuangan ideologi yang terinfeksi motif pribadi mengikuti setiap langkah Nawal, Nawal bahkan menjadi tahanan politik setelah membunuh salah satu tokoh berpengaruh pada masa perang sipil.Nawal dipenjaraselama 15 tahun dengan sangat tidak manusiawi di sebuah penjara yang dikenal dengan sebuatan Kfar Ryat. Di dalam penjara ini Nawal yang disebut sebagai perempuan yang bernyanyi ini disiksa dan diperlakukan tidak senonoh hingga diperkosa oleh seorang eksekutor dan sipir penjara bernama Nihad alias Abu Tarek yang diperankan oleh Abdelghafour Elaaziz.
Nawal kemudian hamil dan melahirkan bayi kembar Jeanne dan Simon. Jeanne dan Simon kecil kemudian dibawa oleh seorang bidan uyang membantu persalinana Nawal di penjara. Hingga akhirnya suatu saat Nawal bisa bebas dari penajara dan bertemu anak kembarnya dan kemudian pindah ke Kanada atas bantuan seorang aktor dibalik pembunuhan yang dilakukan Nawal. Namun Nawal tetap belum bertemu anaknya. Perjalanan Jeanne dan Simon dalam mencari ayah dan kakak kandung mereka semakin sulit dan membingungkan setelah akhirnya mereka bertemu dengan Wallat Chamseddine (Mohamed Majd) yang menceritakan kisah pilu perjuangan ibu mereka.
Akhirnya Jeanne dan Simon Marwan mengetahui dan benar benar terkejut ketika tahu Nihad yang mereka cari sebagai kakak laki laki mereka adalah Abu Tarek yang juga ayah mereka. Mereka kemudia akhirnya bisa berdamai dengan semua situasi itu dan memberikan dua buah surat dari ibu mereka yang harus diberikan kepada kakak dan ayah mereka. Setelah selesai memberikan dua surat itu kesempatan mereka pun datang untuk membuka surat wasiat yang dituliskan ibu mereka buat mereka berdua surat itu berisi ungkapan kasih dan sayang serta cinta ibu mereka kepada Jeanne dan Simon.
Plot dan Cinematik
Ingat sinopsis diatas saya tuliskan dengan plot chronological tanpa ada flash back didalamnya, jadi kesannya sangat udah untuk dimengerti, namun sinopsis bukanlah sebuah screenplay, so watch the movie. Ada satu yang sangat berkesan dalam film ini unsur sinematik film ini berupa backsound sangat jarang namun ada satu soundtrack yang beberapa kali digunakan sebagai back sound yakni beberapa lagu Radio Head, selebihnya backsound suasana desingan peluru dan natural backsound lainnya. Pengambilan shot yang kebanyakan statis membuat film ini lebih menonjolkan akting dari masing masing pemain, seperti yang saya jelaskan sebelumnya tiga aktor utama dalam film ini sukses memainkan karakter mereka masing masing dari ekspresi wajah hingga dialog yang sangat natural.Alur maju mundur tanpa keterangan tahun di dalam film ini menambah sensasi dan penasaran ketika menyimak film ini.
Inecendies menjadi salah satu masterpiece Neuville yang menampilkan kekuatan cerita dan alur sebagai bumbunya dan kekuatan seni peran para tokoh yang bermain sebagai cita rasa film festival yang satu ini.

Comments

  1. Nih film emang bagus ... Terutama jalinan twist plotnya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Lucky One

"finding the lights means you must pass through the deepest darkness" Ini pertama kalinya saya mereview film drama bertemakan cinta, yang memenangkan beberapa penghargaan Teen Choice Award. Mungkin akan terdengar sedikit aneh yah, tapi bagaimanapun juga pesona seorang Zac Efron dalam film percintaan tetap saja jadi daya tarik sendiri bagi penggemar remaja hingga dewasa. Dalam film ini, Zac Efron (Logan) memerankan seorang marinir yang baru saja kembali dari perang di Irak dan lawan mainnya Taylor Schiling memerankan Beth. Film ini meneceritakan keberuntungan seorang marinir bernama Logan yang lolos dari maut berulang kali sejak dia menemukan sebuah foto di medan perang, foto seorang perempuan yang tidak pernah dikenalnya. Logan yang terus berusaha mencari dengan menggunakan semua petunjuk yang terdapat dalam foto itu. Akhirnya logan memutuskan untuk berjalan kaki untuk mencari perempuan di dalam foto itu. Sesampainya di sebuah kota bersama anjing peliharaannya,

The Pursuit of HappYness

Jika disuruh menyebutkan siapa aktor favorit saya, Will Smith akan menjadi salah satu yang saya sebutkan setelah Tom Hanks. Bagaimana dengan aktris, jika aktor saya punya banyak jagoan maka saya hanya akan memilih Helena Bonham Carter sebagai aktri favorit saya, Peran Helena dalam Fight Club (1999),Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street (2007) dan yang paling baru The King's Speech (2010)membuat saya langsung jatuh cinta pada aktris kelahiran Golders Green, London, empat puluh enam tahun lalu. Kali ini saya akan coba mereview film karya Gabriele Muccino bergenre drama keluarga berjudul The Pursuit of HappYness. Film ini mungkin tidak begitu terkenal seperti The Departed, Apocalypto, Pans Labyrinth, dan Pirates of The Carribean; Dead Man's Chest yang release di tahun yang sama. Film yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini ditulis dengan begitu menarik oleh Steve Conrad dari buku yang berjudul sama. Film yang mengisahkan perjalanan hidup Chris Gardner ini diperankan

Hara-Kiri: Death of a Samurai

Mungkin masih lekat dalam ingatan kita, bagaimana kisah The Last Samurai (2003) yang dibintangi oleh Tom Cruise dan Ken Watanabe. The Last Samurai banyak mengangkat keadaan kultural dan segala intriknya pada masa transisi pasca restorasi Meiji. Kali ini saya tidak akan membahas apa yang terjadi dalam film The Last Samurai, kali ini saya akan mengangkat hal yang lebih detail tentang kehidupan seorang Samurai pada masa Shogun berkuasa. Hara-Kiri: Death of a Samurai inilah judul film yang akan kita bahas kali ini. Disutradarai oleh Takashi Miike dan berlatar belakang Jepang sebelum restorasi Meiji. Hara-Kiri adalah film yang diangkat dari sebuah novel karya Yasuhiko Takiguchi dengan judul Ibun rônin-ki sedangkan skenario nya ditulis oleh Kikumi Yamagishi. Film yang dibintangi Kôji Yakusho, Eita dan Naoto Takenaka ini diproduksi oleh Recorded Picture Company bekerja sama dengan Sedic International dan Amuse Soft Entertainment dengan durasi hampir dua jam. Bergenre drama film ini menyaji