Amazing cast...mungkin itu pertama yang bisa saya simpulkan setelah menonton film ini beberapa menit. Pemilihan Michelle Yeoh sebagai pemeran utama dalam film ini sungguh pilihan yang tepat. Kekuatan peran Michelle Yeoh, dan set original dari film biografi ini begitu total. Buat saya menonton film dengan genre biografi drama seperti film satu ini adalah sebuah hal penting untuk menyaksikan nilai original dari sebuah kisah.
The Lady, begitu film ini diberi nama oleh sang pembuat. Berkisah tentang perjalanan politik Aung San Suu Kyi, puteri seorang Jenderal besar Burma, Aung San. Aung San Suu Kyi (Michelle Yeoh) yang menikah dengan seorang akademisi dari Inggris Dr. Michael Aris (David Thewlis). Mereka hidup di London dan dikaruniai dua orang putera, Alexander Aris (Jonathan Woodhouse) dan Kim Aris (Jonathan Ragget). Suu sapaan Aung San Suu Kyi, yang tinggal di London, Inggris bersama suaminya dan kedua anaknya mendapat kabar bahwa ibunya yang masih tinggal di Burma sedang sakit, Suu pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke Burma untuk melihat ibunya.
Setibanya di tanah air, Suu mendapati pergolakan dan huru hara dimana mana. Mahasiswa dan para demonstran ditembaki oleh penguasa Burma pada saat itu. Info tentang kedatangan Suu, kemudian menyebar begitu cepat, tokoh tokoh masyarakat dan para akademisi dari berbagai Universitas di Burma mendatangi Suu untuk mendiskusikan tentang keadaan Burma saat ini. Alhasil kediaman Suu kemudian menjadi basis aktivitas Persatuan Nasional Untuk Demokrasi atau NLD (National League of Democracy).Yeouh sukses memerankan film yang naskahnya ditulis oleh Rebecca Frayn ini.
Proses perjuangan Aung San Suu Kyi dalam memperjuangkan demokrasi di Burma terus mendapat tantangan dari Pemerintahan Militer Burma yang berkuasa pada saat itu, aksi protes warga masyaraka, aktivis dan mahasiswa terus berlangsung dipenjuru kota Burma. Melihat situasi yang semakin tidak kondusif, pemerintah militer yang berkuasa pada saat itu kemudian mengambil langkah yang mengejutkan dengan menyelenggarakan pemilu untuk pertama kalinya sejak hampir empat dekade militer memerintah negara itu dengan tangan besi.
Dalam masa kampanyenya Aung San mendapatkan ancaman dan teror serta tekanan dari la Junta Burma, para pengikut NLD ditangkapi dan bahkan satu persatu dibunuh, Aung San pun harus merasakan menjadi tahanan rumah. Aung San kemudian melakukan aksi mogok makan selama 12 hari masa tahanan rumahnya hingga satu saat suaminya berhasil meyakinkan La Junta militer agak memberikan jaminan kepada Aung San, bahwa para pengikutnya tidak akan diperlakukan kasar apalagi dibunuh. Hingga tiba hari pemilu, Aung San kemudian memenangkan pemilu dengan raihan suara yang jauh lebih besar dibandingkan dengan la Junta Militer Burma.
Hasil pemilu kemudian dimenangkan oleh Aung San Suu Kyi dengan partai National League of Democracy sebagai kendaraan politiknya. Pemerintah Militer Burma geram melihat kenyataan hasil pemilu yang menginginkan mereka menyudahi pemerintahan tirani yang selama lebih dari empat puluh tahun dirasakan oleh rakyat Burma. Suasana kemenangan begitu terasa, gegap gempita rakyat Burma dapat dirasakan di sepanjang jalan, dibalik itu semua Aung San Suu Kyi tetap harus mendekam di dalam rumah sebagai seorang tahanan rumah.
Berbagai usahapun dilakukan oleh sang suami agar Aung San Suu Kyi dapat lepas dari semua tekanan dari pemerintah militer Burma, termasuk salah satunya adalah dengan memperjuangkan Aung San Suu Kyi sebagai peraih Nobel perdamaian. Akhirnya Aung San Suu Kyi memperoleh Nobel Perdamian pada tahun 1991. Penghargan itu diterima oleh Aung San Suu Kyi yang masih menjadi tahana rumah oleh Junta Militer Burma.
Kisah sedih dan bahaga dikeas dan disajikan menarik dan cukup menyentuh terus menerus dalam film ini. Termasuk diantaranya kematian sang suamin tercinta dr.Aris yang selama perjuangan Aung San Suu Kyi selalu mendukungnya tanpa pernah memberi tahu Aung San Suu Kyi atas penyakit yang dihidapnya selama bertahun tahun.
Mungkin untuk mereka yang tidak begitu paham sejarah perjuangan Aung San SUU KYi dalam film The lAdy akan cukup suli untuk mendapatkan klimaks dalam film ini, namun kemudia jika kita mereview beberapa film bergenre sama buatan film-maker film maker eropa rata rata film dengan genre biography tidak banyak mengangkat andil seorang tokoh yang diflmkan itu sepanjang film. Mungkin butuh modal membaca sedikit buku atau artikel tentang perjuangan Aung San Suu Kyi untuk tanah airnya Burma sebelum menonton film ini yang hanya merepresentasikan sedikit dari perjalanan kisah Aung San.
Comments
Post a Comment