Skip to main content

Participatory Video, Mangrove Action Program (Part II)

Lanjut lanjut...mari menuliskan cerita dan kisah menarik dalam hidup, jika ada sedikit aspal yang menggunduk dan membuatmu hampir terjatuh, jagna khawatir karena tidak akan emmbuatmu berakhir.
Setelah berdiskusi panjang soal ide cerita yang akan menjadi dasar film mereka, materi pertama pun selesai , ditutup dengan diskusi kelompok untuk merumuskan beberapa kalimat sebagai main outline setiap segment dari film mereka.
Acara pun dilanjutkan dengan santap siang, dan kami harus bersama berjalan kaki menuju rumah Pak Arif yang sebenarnya menjadi markas pelatihan tersebut. Hehehehehe...tak apalah hitung hitung bakar kalori lebih banyak sebelum memasukkan kalori baru. (serius..gak dua kali deh kayak gitu mas bro sasli dan mba sist muthia)
oh iya saya lupa memperkenalkann para prajurit yang hadir dan mengikuti kegiatan ini, baik saya akan memperkenalkan dari yang paling senior, Alwi Fauzy beliau adalah abang saya angkatan 95 ilmu komunikasi Unhas, saat ini berprofesi sebagai Jurnalis untuk Trans 7 biro makassar, saya sendiri tidap perlu penjelasan panjang lebar "siapalah saya ini", selanjutnya di formasi ini ada Sasli, ini dia salah satu pejabatnya MAP untuk Makassar, hingga saat ini saya tidak tahu siapa nama lengkap beliau, lanjut ada Roli yang paling pakar dalam hal potong memotong tapi bukan tukang jagal yah, dia spesialisasi memotong gambar saja, heheheh...status mahasiswa yang hampir diselesaikan, semangat cappo, yang paling bontot tapi paling gede badannya dan paling besar suaranya, dialah muthia, sama juga ini salah satu pejabat di MAP Makassar, sayang saya tidak tahu nama lengkapnya, anak kehutanan 2008 yang doyan makan mangga dan ngumpulin mangga orang orang sekampung, ntahlah buat dimakan sendiri apa dijaulin lagi(peace muthia), demikian formasi kami selama dua hari di desa Pitusunggu, Kabupaten Pangkep.
Lanjut ke cerita makan siang, semua dengan lahap dan setengah mengantuk melahap menu yang disiapkan tuan rumah, yang pastinya ibu rahma istri pak arif, maknyos lah masakannya, apalagi bumbu kacangnya itu loh bu, super pedas...hehehhe...Usai bersantap acara kongkow kongkow pun digelar di teras atas khas rumah panggung dengan ditemani backsound sayup sayup musik elektone tetangga.
Materi selanjutnya adalah materi pengenalan kamera dan pengambilan gambar, giliran kanda Alwi Fauzy yang memaparkan penjelasannya kepada para peserta, dengan sesekali langsung mempraktekkan penjelasannya ibu ibu peserta nampak antusias mengikuti materi ini. Walaupun demikian kesulitan buat ibu ibu peserta ini dalam mempelajari kamera adalah istilah asing dalam bahasa inggris yang banyak digunakan dalam teknik kamera, tetap semangat ibu ibu peserta!!!
Dari viewfinder hingga frog eye selesai dilahap ibu ibu dalam waktu kurang dari dua jam. Acara pelatihan ini kemudian dilanjutkan dengan berbincang soal ide cerita yang di materi awal pelatihan tadi. Setelah berbincang dan menulis beberapa hal penting terkait apa yang akan dijadikan cerita untuk besok, kami pun melanjutkan pelatihan dengan melakukan observasi visual di sekeliling kampung, sambil mengambil beberapa gambar dan mempraktekkan apa yang telah disajikan dalam materi tadi.
Tak terasa hari mulai senja, langitpun mulai memerah sedikit kuning terlihat di sudut sudut langit desa pitunsunggu, suara sayup sayup eletone yang jadi backsound tadi siang berganti dengan suara shalawat dari pengeras suara masjid. Akrivitas editing kami terhenti sejenak dilanjutkan setelah mandi dan sholat maghrib.
Setelah beres beres dan makan malam, acarapun dilanjutkan dengan memotong motong gambar hasil shooting sorenya. Dengan sedikit bingung dan termangap mangap ibu ini berusaha mengikuti arahan yang kami lakukan sembari mengedit gambar inbu ibu tadi. Yah benar saja apa yang dikatakan kawan yang sebelumnya menjadi fasilitator kegiatan ini kalau hal tersulit yang akan mereka alami adalah beradaptasi dengan program editing.
Gadget apapun itu didesain sedimikian rupa seperti penjelasan di mata pelajaran fisika zaman ssmp dulu bahwa pesawat dibuat untuk mempermudah kerja mekanik manusia, namun bagaimanapun juga butuh kebiasaan untuk menggunakannya.
Setelah lebih kurang dua jam hasil hasil gambar ibu peserta yang sore tadi selesai diedit dan mereka bisa menontonnya dengan kemasan seadanya, maklum saja ini sekedar pra kondisi untuk hari berikutnya. Pelatihan hari pertama selesai, disudut lain rumah beralaskan karpet seadanya terlihat kanda alwi yang sudah terkapar, maklum hari pertama tadi beliau berpuasa. Pesrta pulang ke rumah pak arif untuk bermalam di sana, pemateri dan fasilitator kegiatan bermalam di rumah tempat pelatihan.
Pelatihan Hari Kedua
Belum kuning benar matahari menyapa subuh itu, geliat rumah tempat kami bermalam mulai terasa, bunyi bunyi pintu kamar mandi yang didorong, bunyi kompor yang mulai dinyalakan memasak air panas.
Satu persatu kami pun bangun dengan sisa sisa kantuk. Sembari mengumpulkan nyawa, mata yang masih sedikit rabun, cahaya awal matahari mulai masuk ke sela sela jendela yang sedikit tersibak tirainya.
Harum kopi hitam mulai tercium, benar saja sang tuan rumah telah menyiapkan kopi panas dan teh panas di teras rumah. Selesai sholat perhatianku langsung tertuju pada harum dan pesona kopi di teras tadi. Sambil ditemani sebatang kopi dan cerita cerita pagi membahas hal kemarin. Banyak petuah hidup yang dibagi kanda Alwi dalam perbincangan pagi itu sampai sampai tidak ada satu pun dari kami yang berniat mandi sebelum sarapan dan memulai aktivitas hari itu.
Sarapan sudah menunggu di rumah pak Arif, kami pun bergegas mengepak barang barang bawaan kami dan berpindah ke rumah Pak Arif, ini hari terakhir dan semua aktivitas dilakukan diluar, lagi pula pesta di samping rumah telah selesai jadi tidak ada lagi bising bising musik khas elektone.
Semua peserta telah siap dengan shotlist dan agenda shooting hari itu, jadi tidak perlu berpusing pusing lagi mengatur para peserta harus melakukan apa dan dimana. Semua telah beres dan siap dieksekusi. Kelompok yang dibagi dua telah membagi lokasi shootingnya dengan baik jadi tidak ada tabrakan lokasi shooting nantinya.
Ada yang mengangkat cerita soal pembuatan pupuk kompos dan ada yang mengangkat cerita dari pengalaman seorang peserta yang bertukar sayur dengan pagandeng di kampungnya. Lumayan menarik lah ide ide cerita mereka, kami hanya sebatas mengarahkan dan mengatur plot cerita agar lebih dinamis dan menarik untuk ditonton.
Setelah hampir 4 jam shooting, tiba waktu makan siang, semua peserta kembali ke basecamp rumah pak Arif untuk makan siang. Sambil makan siang para peserta menceritakan pengalaman dan kesulitan mereka pada saat shooting. Karena stok shoot yang masih kurang, usai makan siang peserta kembali melengkapi gambar mereka.
Hampir jam 3 sore, para peserta akhirnya selesai mengambil gambar dan dilanjutkan dengan proses editing. Karena target waktu mulai agak molor, kerja tim pun dibuat semakin cepat, saya dan roli kebagian tugas ngedit gambar peserta hingga selesai, jadi kami harus putar otak untuk membuat film ini selesai secepatnya, paling tidak sebelum maghrib. benar benar terburu buru kerja editing yang saya lakukan, berasa ngedit berita zaman VJ dulu di Manado, berburu deadline.
Tak terasa malampun mulai menampakkan wujudnya, sewaktu dengan berakhirnya proses editing, semuanya menonton film yang mereka buat dan kami pun siap untuk pulang ke Makassar.
Banyak pelajaran yang bisa saya ambil selama pelatihan ini, bercengkerama dengan ibu ibu peserta menjadi hal baru apalagi dengan memberikan ilmu yang sedikit saya tahu ke mereka, menjadikan hal ini sangat menarik. Sedari awal saya berniat untuk tetap mengawal dan terlibat dalam pelatihan ini, agar masyarakat bisa juga menjadi aktor dan penentu apa yang ingin mereka sampaikan ke khalayak, bukan semata hanya sekedar objek yang tertimpa informasi yang saat ini semakin menggila.

Comments

  1. What are the best casinos in Florida? - CasinoSites.one
    Florida · BetMGM · 바카라신규가입쿠폰 BetMGM · 로투스 바카라 중계 Caesars · Caesars 포커 디펜스 Online · Caesars Poker · 오공슬롯 Caesars Sportsbook · BetRivers · 룰렛돌리기게임 BetMGM

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Pursuit of HappYness

Jika disuruh menyebutkan siapa aktor favorit saya, Will Smith akan menjadi salah satu yang saya sebutkan setelah Tom Hanks. Bagaimana dengan aktris, jika aktor saya punya banyak jagoan maka saya hanya akan memilih Helena Bonham Carter sebagai aktri favorit saya, Peran Helena dalam Fight Club (1999),Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street (2007) dan yang paling baru The King's Speech (2010)membuat saya langsung jatuh cinta pada aktris kelahiran Golders Green, London, empat puluh enam tahun lalu. Kali ini saya akan coba mereview film karya Gabriele Muccino bergenre drama keluarga berjudul The Pursuit of HappYness. Film ini mungkin tidak begitu terkenal seperti The Departed, Apocalypto, Pans Labyrinth, dan Pirates of The Carribean; Dead Man's Chest yang release di tahun yang sama. Film yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini ditulis dengan begitu menarik oleh Steve Conrad dari buku yang berjudul sama. Film yang mengisahkan perjalanan hidup Chris Gardner ini diperankan

The Lucky One

"finding the lights means you must pass through the deepest darkness" Ini pertama kalinya saya mereview film drama bertemakan cinta, yang memenangkan beberapa penghargaan Teen Choice Award. Mungkin akan terdengar sedikit aneh yah, tapi bagaimanapun juga pesona seorang Zac Efron dalam film percintaan tetap saja jadi daya tarik sendiri bagi penggemar remaja hingga dewasa. Dalam film ini, Zac Efron (Logan) memerankan seorang marinir yang baru saja kembali dari perang di Irak dan lawan mainnya Taylor Schiling memerankan Beth. Film ini meneceritakan keberuntungan seorang marinir bernama Logan yang lolos dari maut berulang kali sejak dia menemukan sebuah foto di medan perang, foto seorang perempuan yang tidak pernah dikenalnya. Logan yang terus berusaha mencari dengan menggunakan semua petunjuk yang terdapat dalam foto itu. Akhirnya logan memutuskan untuk berjalan kaki untuk mencari perempuan di dalam foto itu. Sesampainya di sebuah kota bersama anjing peliharaannya,

Hara-Kiri: Death of a Samurai

Mungkin masih lekat dalam ingatan kita, bagaimana kisah The Last Samurai (2003) yang dibintangi oleh Tom Cruise dan Ken Watanabe. The Last Samurai banyak mengangkat keadaan kultural dan segala intriknya pada masa transisi pasca restorasi Meiji. Kali ini saya tidak akan membahas apa yang terjadi dalam film The Last Samurai, kali ini saya akan mengangkat hal yang lebih detail tentang kehidupan seorang Samurai pada masa Shogun berkuasa. Hara-Kiri: Death of a Samurai inilah judul film yang akan kita bahas kali ini. Disutradarai oleh Takashi Miike dan berlatar belakang Jepang sebelum restorasi Meiji. Hara-Kiri adalah film yang diangkat dari sebuah novel karya Yasuhiko Takiguchi dengan judul Ibun rônin-ki sedangkan skenario nya ditulis oleh Kikumi Yamagishi. Film yang dibintangi Kôji Yakusho, Eita dan Naoto Takenaka ini diproduksi oleh Recorded Picture Company bekerja sama dengan Sedic International dan Amuse Soft Entertainment dengan durasi hampir dua jam. Bergenre drama film ini menyaji