Saat itu hanya tiga kata yang kemudian mempertemukan pembicaraan, lewat gerak jari jemari yang perlahan kaku tak sanggup berbicara.
Adalah harapan yang terungkap dalam kalimat itu, for better future. Menemukan orang yang benar dalam hidup di mata Tuhan yang telah menggariskan jalan yang penuh cemooh dan kesombongan bergantian.
Tangis untuk menguatkanmu, ketegaran adalah motivasi baru, kebahagiaan adalah milik bersama yang dibagi dengan tawa atau hanya sekedar senyuman, ingatkah?
Mengejar impian di tanah peradaban yang berbeda, kembali beserta tangis, pelukan terkasih pun datang tak henti, menyeka setiap kepedihanmu. Melihat dengan kedua mata ini dirimu berlalu.
Terus ada walau tangis dan tawa datang, bahkan hujan dan panas pun tak bisa menolak.
Mungkin masih lekat dalam ingatan kita, bagaimana kisah The Last Samurai (2003) yang dibintangi oleh Tom Cruise dan Ken Watanabe. The Last Samurai banyak mengangkat keadaan kultural dan segala intriknya pada masa transisi pasca restorasi Meiji. Kali ini saya tidak akan membahas apa yang terjadi dalam film The Last Samurai, kali ini saya akan mengangkat hal yang lebih detail tentang kehidupan seorang Samurai pada masa Shogun berkuasa. Hara-Kiri: Death of a Samurai inilah judul film yang akan kita bahas kali ini. Disutradarai oleh Takashi Miike dan berlatar belakang Jepang sebelum restorasi Meiji. Hara-Kiri adalah film yang diangkat dari sebuah novel karya Yasuhiko Takiguchi dengan judul Ibun rônin-ki sedangkan skenario nya ditulis oleh Kikumi Yamagishi. Film yang dibintangi Kôji Yakusho, Eita dan Naoto Takenaka ini diproduksi oleh Recorded Picture Company bekerja sama dengan Sedic International dan Amuse Soft Entertainment dengan durasi hampir dua jam. Bergenre drama film ini menyaji...
Comments
Post a Comment