Tidak ada yang sanggup memastikan kapan turunnya hujan, dimana tetes tetes airnya akan jatuh, seberapa deras hujan akan turun, atau seberapa gelap langit saat kita beratapkan langit nanti.
Adakah yang menghafal tapak kakinya, seberapa jauh yang pernah kita langkahkan, untuk apa dan hendak kemana kita masa itu, adakah yang mengingat bagaimana betuk kerikil bahkan batu batu di jalan yang tidak sepenuhnya aspal hitam atau genangan air yang ukurannya tidak tentu.
sejauh mana masa itu kita memandang, melihat menerobos satu persatu warna cahaya, atau kita hanya menutup mata atau membelalak kosong tanpa konsentrasi, menyerap sebanyak banyaknya cahaya hanya sekedar untuk membuat mata terbuka agar dikiranya hidup dan belum mati.
Pastinya jenuh yang mengantar pada hal yang baru, pastinya bosan mengantar ke langit yang lebih biru, pastinya lelah berteman dengan kelam tumpukan awan hitam yang menggantung di langit.
Berpaling dan mengelak, berharap hujan tak membawa basah, atau terik membawa kering dan dahaga.
Jika disuruh menyebutkan siapa aktor favorit saya, Will Smith akan menjadi salah satu yang saya sebutkan setelah Tom Hanks. Bagaimana dengan aktris, jika aktor saya punya banyak jagoan maka saya hanya akan memilih Helena Bonham Carter sebagai aktri favorit saya, Peran Helena dalam Fight Club (1999),Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street (2007) dan yang paling baru The King's Speech (2010)membuat saya langsung jatuh cinta pada aktris kelahiran Golders Green, London, empat puluh enam tahun lalu. Kali ini saya akan coba mereview film karya Gabriele Muccino bergenre drama keluarga berjudul The Pursuit of HappYness. Film ini mungkin tidak begitu terkenal seperti The Departed, Apocalypto, Pans Labyrinth, dan Pirates of The Carribean; Dead Man's Chest yang release di tahun yang sama. Film yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini ditulis dengan begitu menarik oleh Steve Conrad dari buku yang berjudul sama. Film yang mengisahkan perjalanan hidup Chris Gardner ini diperankan ...
Comments
Post a Comment